Yurieke together with her host family |
Jika mengulang cerita tentang Si-heung
City, tentunya delegasi Indonesia-Korea tahun 2014 akan berekspresi sama,
ekspresi yang menunjukkan kerinduan akan sesuatu yang hanya terjadi sekali
seumur hidup. Kenapa bisa demikian? Karena kami berkesempatan untuk tinggal
bersama orang tua
angkat yang merupakan penduduk asli Korea Selatan. Kami
menyebut kegiatan ini sebagai “Homestay”.
Ibaratnya, kami mengenal Korea tidak hanya dari segi pemerintahan, perkembangan
teknologi, tempat wisata, dan museum, namun kami juga mengenal Korea dari sisi
yang berbeda dimana kami berbaur dengan masyarakat Korea.
.
“Annyeonghaseyo”
Saat sore hari, homestay pun dimulai. Kami yang semulanya 34 orang telah terbagi
menjadi 2-3 orang dalam satu host family.
Pada saat itu, saya, Titik (Banten), Nelce (Papua Barat) memiliki orang tua
angkat yang sama yang merupakan seorang guru bahasa Inggris di Korea. Banyak
hal yang telah kami lakukan bersama mulai dari mencicipi soup khas Korea,
mendaki gunung, mengunjungi sekolah dan Korean
grave. Saat itu, kami teringat apa yang pernah diucapkan oleh ibu angkat
kami yaitu; “I was not able to speak English in the past, but everything has
changed. I have just found my own passion to learn English. Then, I share
everything that I have to my students. I am lucky to be an English teacher.”
Yurieke Nadya Rahmat
IKYEP 2014
No comments:
Post a Comment