Selama
kurang lebih dua bulan saya, Adi, Mbak Lia, dan Mbak Nae mengikuti PPDT
(Pre-Predeparture Training) yang dibimbing oleh kakak-kakak PCMI Provinsi
Bengkulu. Selama dua bulan pula kami harus berlari mengitari UNIB selama 40
menit setiap minggu pagi. Seumur hidup, saya rasa belum pernah berlari sejauh
itu, karena saya bukanlah orang yang mahir dalam olahraga dan juga tidak suka
berolahraga. Namun, kami diharuskan menyelesaikan lintasan lari itu dalam waktu
yang telah ditentukan.
Minggu
pertama adalah hari yang paling berat bagi saya. Saya tertinggal jauh dari
teman-teman dan berlari paling belakang. Saya harus berjalan sejenak untuk
mengumpulkan napas setelah berlari beberapa puluh meter. Keringat yang selalu
bercucuran deras membuat napas berat menjadi kian tak teratur. Namun Adi, Mbak
Nae, dan Mbak Lia terus memberikan semangat kepada saya untuk terus berlari dan
menyelesaikan tantangan ini.
Sepanjang
perjalanan, iringan lagu dari telepon genggam milik Adi terus bergema seakan
memberi kekuatan. Tak kadang kami pun menyanyikan beberapa lirik hingga
akhirnya napas menjadi tambah berat karena berlari sambil bernyanyi. Kini hal
itu menjadi hal yang dapat kami tertawakan jika mengenang masa-masa itu.
Semangat saya pun kembali lagi. Hujan gerimis yang turun pagi-pagi seperti
memberi oksigen tambahan untuk saya terus berlari. Dan lagu-lagu tersebut akan
terus mengingatkan saya pada kisah hari minggu itu.
Minggu-minggu setelahnya menjadi
minggu yang menakjubkan bagi saya. Berbagai cara saya lakukan untuk meningkatkan
stamina dan daya tahan tubuh agar dapat berlari lebih cepat. Saya pernah
mencoba untuk tidak sarapan sebelum berlari agar perut menjadi tidak sakit.
Saya juga mencoba untuk minum susu bearbrand untuk menambah tenaga. Bahkan
meminum kopi untuk menjaga mata saya tetap segar. Saya juga mencoba untuk
mengurangi frekuensi berjalan dan menggantinya dengan lari-lari dengan langkah
yang sangat kecil. Hingga kini saya belum bisa memutuskan cara mana yang paling
ampuh, tapi berbagai metode tersebut telah membantu saya untuk meningkatkan
ketahanan tubuh dalam berlari. Tanpa saya sadari, rutinitas berlari ini
mengajarkan saya menjadi lebih kreatif dan memacu saya untuk menemukan berbagai
alternatif dalam menyelesaikan masalah.
Selama lebih dari lima belas tahun sejak
memulai sekolah dasar saya meyakini bahwa saya bukanlah orang yang dapat
berlari sejauh ini. Namun, hanya butuh dua bulan untuk membuktikan bahwa hal
itu adalah kesalahan besar. Saya tidak pernah benar-benar mencoba untuk
mengubah keyakinan itu. Saya terus percaya hingga pada akhirnya saya terpaksa
melakukannya dan menyadari bahwa saya dapat melakukannya.
Mengapa tak saya coba sedari dulu?
Kita seharusnya tidak menunggu untuk
dipaksa agar dapat mengubah sesuatu dalam diri, bukan?
Berlari telah menjadi salah satu
pelajaran berharga yang saya dapatkan selama PPDT. Awalnya memang berat, sangat
berat. Tapi permulaan itu akan berbuah manis pada akhirnya. Perlahan demi
perlahan, waktu akan membantu untuk menyelesaikan masalah yang ada. Kita hanya
harus percaya, sabar, dan tidak berhenti untuk mencoba.
The best feeling in the world is
finally knowing you took a step in the right direction. A step towards the
future where everything that you never thought was possible, is possible.
Desi Aprianti
AIYEP 2016/2017
No comments:
Post a Comment